Pujian Seorang Ulama Barat pada Salah Satu Produk Islam Nusantara
"Salah satu dari lima kaidah dasar ushul fiqih (dikatakan oleh murid-murid Imam Syafi'i bahwa seluruh kaidah ushul fiqih yang banyak adalah cabang dari kelima kaidah tersebut) adalah العادة محكمة yang artinya adat dijadikan sebagai salah satu landasan hukum.
Diantara contohnya adalah budaya-budaya Islami khas tanah Melayu dan Indonesia atau Nusantara. Seperti bedug sebagai tanda panggilan shalat, hal itu adalah kreatifitas para pendakwah yang ulung dalam menyikapi keadaan tempat dimana ia berdakwah. Karena kebanyakan daerah di Nusantara adalah pegunungan atau hutan yang tidak dapat dijangkau hanya dengan suara adzan pada saat itu, berbeda dengan tanah Arab yang rata-rata tempatnya bertanah datar tanpa pepohonan sehingga suara adan dapat didengar oleh kaum muslimin disana.
Lantas apakah hal itu menjadi bid'ah hanya karena fungsinya telah tergantikan dengan Speaker elektronik? Tentu saja tidak. Hal itu (menganggap bid'ah) merupakan bahaya yang besar bagi kaum muslimin. Kenapa? Karena dengan menganggap hal itu bid'ah akan membuat generasi muda tidak tahu sejarah yang berada di dalam bedug tersebut. Di dalam bedug tersebut tersimpan sejarah dan pelajaran bagaimana para Ulama terdahulu berdakwah dengan sukses sehingga kita bisa menjadi seorang muslim. Bagaimana para Ulama menghargai budaya lokal (yang tidak bertentangan dengan syariat) dengan menjakdikannya bagian dari ibadah. Islam itu seperi sebuah air murni, kalian bisa mencampurnya dengan kopi (seperti yang kalian suguhkan kepada saya ini), susu, ataupun teh. Namanya tetap air, hanya saja rasanya beda. Selama itu tidak membuat air menjadi air racun, kita boleh meminumnya."
Salah satu yang saya kagumi dari beliau adalah dengan keluasan ilmunya, beliau tidak malu untuk berkata saya tidak tahu. Pernah suatu ketika beliau memberi ceramah, lalu pada ceramahnya beliau sampai pada masalah yang menuntut membahas masalah logika/mantiq. Beliau tidak membahas masalah tersebut, dan berkata: "Saya bukan ahli di bidang ini, kita harus membahasnya nanti jika ada Syaikh Hamza Yusuf."
Mungkin itu karena sikap totalitas beliau dalam mengamalkan sunnah Nabi SAW, dimana Nabi pernah berkata dalam sebuah hadits bahwasannya "Aku tidak tahu" adalah separuh dari ilmu, atau dalam hadits lain "Aku tidak tahu" adalah benteng bagi seorang muslim. Diantara sikap totalitas beliau dalam mengamalkan sunnah Nabi SAW adalah memberi nama pada laptopnya. Kalau saya tidak keliru beliau memberi nama laptopnya dengan nama Maymunah.
Wa Allah A'lamu
Al-Fatihah untuk beliau, guru-guru kita, dan kita semua.
Diantara contohnya adalah budaya-budaya Islami khas tanah Melayu dan Indonesia atau Nusantara. Seperti bedug sebagai tanda panggilan shalat, hal itu adalah kreatifitas para pendakwah yang ulung dalam menyikapi keadaan tempat dimana ia berdakwah. Karena kebanyakan daerah di Nusantara adalah pegunungan atau hutan yang tidak dapat dijangkau hanya dengan suara adzan pada saat itu, berbeda dengan tanah Arab yang rata-rata tempatnya bertanah datar tanpa pepohonan sehingga suara adan dapat didengar oleh kaum muslimin disana.
Lantas apakah hal itu menjadi bid'ah hanya karena fungsinya telah tergantikan dengan Speaker elektronik? Tentu saja tidak. Hal itu (menganggap bid'ah) merupakan bahaya yang besar bagi kaum muslimin. Kenapa? Karena dengan menganggap hal itu bid'ah akan membuat generasi muda tidak tahu sejarah yang berada di dalam bedug tersebut. Di dalam bedug tersebut tersimpan sejarah dan pelajaran bagaimana para Ulama terdahulu berdakwah dengan sukses sehingga kita bisa menjadi seorang muslim. Bagaimana para Ulama menghargai budaya lokal (yang tidak bertentangan dengan syariat) dengan menjakdikannya bagian dari ibadah. Islam itu seperi sebuah air murni, kalian bisa mencampurnya dengan kopi (seperti yang kalian suguhkan kepada saya ini), susu, ataupun teh. Namanya tetap air, hanya saja rasanya beda. Selama itu tidak membuat air menjadi air racun, kita boleh meminumnya."
Salah satu yang saya kagumi dari beliau adalah dengan keluasan ilmunya, beliau tidak malu untuk berkata saya tidak tahu. Pernah suatu ketika beliau memberi ceramah, lalu pada ceramahnya beliau sampai pada masalah yang menuntut membahas masalah logika/mantiq. Beliau tidak membahas masalah tersebut, dan berkata: "Saya bukan ahli di bidang ini, kita harus membahasnya nanti jika ada Syaikh Hamza Yusuf."
Mungkin itu karena sikap totalitas beliau dalam mengamalkan sunnah Nabi SAW, dimana Nabi pernah berkata dalam sebuah hadits bahwasannya "Aku tidak tahu" adalah separuh dari ilmu, atau dalam hadits lain "Aku tidak tahu" adalah benteng bagi seorang muslim. Diantara sikap totalitas beliau dalam mengamalkan sunnah Nabi SAW adalah memberi nama pada laptopnya. Kalau saya tidak keliru beliau memberi nama laptopnya dengan nama Maymunah.
Wa Allah A'lamu
Al-Fatihah untuk beliau, guru-guru kita, dan kita semua.
0 Response to "Pujian Seorang Ulama Barat pada Salah Satu Produk Islam Nusantara"
Post a Comment