Mabadi Asyarah (10): Ilmu Mantiq (Logika)


1. Definisi Ilmu Mantiq ( الحد )
Secara etimologi (bahasa), mantiq ( منطق ) berasal dari kata nathaqa-yanthiqu-nuthqan-manthiqan-nuthuqan ( نطق - ينطق - نطقا - منطقا ) yang memiliki arti pengucapan isi pikiran, yang sering diterjemahkkan kedalam bahasa Indonesia menjadi ucapan.
Secara terminologi (istilah), mantiq adalah sebuah bidang ilmu yang memiliki makna yang sama dengan logik ( λογική ) dalam bahasa Yunani, atau logic dalam bahasa Inggris. Ada banyak definisi untuk term mantiq sebagai sebuah bidang ilmu, tentu saja hal tersebut disebabkan perbedaan manusia dalam berekspresi, namun ada dua definisi mantiq yang populer, yaitu:
a. Ilmu mantiq adalah sebuah bidang ilmu yang membahas tentang berbagai pengetahuan yang bersifat tashawur (concept) dan yang bersifat tashdiq (assent).
b. Ilmu Mantiq adalah sebuah bidang ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah tata cara berfikir yang benar.

2. Objek Kajian Ilmu Mantiq ( الموضوع )
Objek kajian ilmu mantiq akan berbeda tergantung bagaimana anda mendefinisikan mantiq itu sendiri. Jika anda mendefinisikan mantiq dengan definisi (a), maka objeknya adalah pengetahuan-pengetahuan yang bersifat tashawuf (concept) dan tashdiq (assent). Jika anda mendefinisikannya dengan (b), maka objeknya adalah pengetahuan tentang cara berfikir yang benar. Walapupun begitu, seluruh definisi mantiq akan mengarah ke objek kajian yang sama, yaitu pengetahuan yang bersifat rasional/aqli.

3. Manfaat Ilmu Mantiq ( الثمرة )
Ada banyak manfaat mengkaji ilmu mantiq, namun manfaat yang paling besar adalah menghindari kesalahan dalam berfikir. Tentu saja hal tersebut sangatlah penting, mengingat manusia adalah makhluk yang kebanyakan aktifitasnya dilandasi dengan berfikir. Bahkan dalam menafsirkan ayat-ayat Allah pun tak luput dari proses berfikir.  Bahkan Allah memerintahkan setiap  muslim untuk selalu berfikir. Banyak ayat didalam Al-Quran yang menuntut seorang muslim untuk berfikir, diantaranya:

 أفلا تعقلون ... 

Artinya (±): “... tidakkah kamu berfikir”

Jika berfikir adalah perintah Allah, sementara ilmu mantiq adalah ilmu yang mempelajari tata cara berfikir yang benar, bisa anda bayangkan betapa bermanfaatnya mempelajar ilmu mantiq bagi seorang muslim.

4. Kelebihan Mempelajari Ilmu Mantiq ( الفضل )

Salah satu kelebihan ilmu mantiq adalah ilmu ini sangatlah penting untuk mempelajari bidang ilmu lainnya, karena fokus utama mantiq adalah mempelajari tata cara berfikir, sementara berpikir adalah modal utama bagi seseorang untuk bisa belajar. Bahkan seorang filsuf besar (yang juga seorang ulama, sufi, faqih, ushuli, mujaddid), yaitu Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (450H-505H), pernah membuat pernyataan:

من لا معرفة له بعلم المنطق لا يوثق بعلمه

Artinya (±):
“Barang siapa yang tidak memiliki pengetahuan ilmu mantiq, maka dia tidak bisa dipercaya akan ilmunya.”

5. Hubungan Ilmu Mantiq dengan Ilmu Lainnya ( النسبة )
Karena fokus utama mantiq adalah mempelajari tata cara berfikir, sementara berpikir adalah modal utama bagi seseorang untuk bisa belajar, maka ilmu mantiq berstatus sebagai ilmu alat.
Kita ambil satu contoh kajian yang dibahas dalam ilmu mantiq, yaitu definisi. Dimana dalam bab definisi, kita akan belajar bagaimana membuat definisi yang benar beserta fungsinya. Sementara definisi adalah hal pertama yang harus ditentukan sebuah bidang ilmu, entah itu ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Adalah sebuah keniscayaan mempelajari sebuah bidang ilmu tanpa definisi, sehingga sangatlah pantas jika ilmu mantiq dikatakan sebagai alatnya seluruh ilmu.

6.  Penggagas Ilmu Mantiq ( الواضع )
Pada zaman sekarang, ada berbagai jenis macam mantiq/logika (seperti: logika formal, logika informal, logika simbolik, dll. Adapun yang dimaksud penggagas ilmu mantiq disini adalah orang yang pertama kali menggagas ilmu mantiq tradisional yang juga sering dikenal dengan istilah logika formal (formal logic) atau logika aristotelian (aristotelian logic), yang tidak lain adalah seorang filsuf Yunani kuno yang bernama Aristoteles (19 Juni 384 SM-7 Maret 322 SM, 62 tahun).

7. Term Ilmu Mantiq ( الإسم )
- Logik ( λογική ) dalam bahasa Yunani;
- Mantiq ( منطق ) dalam bahasa Arab;
- Logic dalam bahasa Inggris;
- Logika dalam bahasa Indonesia;

8. Sumber Ilmu Mantiq ( الإستمداد )
Karena objek kajian mantiq adalah berfikir, maka dari itu sumbernya sudah pasti adalah akal yang sehat.

9. Hukum Syariat Mempelajari Ilmu Mantiq ( الحكم الشرعي )
Ada tiga perbedaan pendapat mengenai hukum mempelajari ilmu mantiq, yaitu:
a. Para ulama yang berpendapat bahwa hukum mempelajari ilmu mantiq adalah haram, diantaranya:
- Al-Hafidz Taqiddin Abu Amr Utsman bin Shalah Ad-din Abdurrahman (577H-643H);
- Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi (631H-676H);
- Al-Hafidz Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar bin Muhammad Asy-Syuyuthi (849H-911H);
 - dan yang lainnya.
b. Para Ulama yang berpendapat bahwa hukum mempelajari ilmu mantiq adalah fardu ain, yaitu Al-Imam Ghazali dan para pengikutnya. Pendapat ini disematkan kepada Al-Ghazali karena pernyataannya (yang telah kami tuliskan di bagian Kelebihan Mempelajari Ilmu Mantiq) bahwa ilmu seseorang yang tidak memahami mantiq tidak bisa dijadikan pegangan. Oleh karena itu, bisa saja maksud pernyataan Al-Ghazali tersebut mengindikasikan anjuran (mustahabb) atau kewajiban komunal (fardu kifayah), bukan hanya kewajiban individual (fardu ain).
c. Mayoritas Ulama berpendapat bahwa hukum mempelajari ilmu mantiq adalah fardu kifayah, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya para ulama dari berbagai kalangan yang mengajarkan dan menulis kitab tentang ilmu mantiq.

10. Kajian dalam Ilmu Mantiq ( المساىٔل )
Kajian dalam ilmu mantiq membahas tentang  masalah-masalah yang bersifat tashawur (concept), yang puncak pembahasannya menghasilkan term (hadd). Kemudian mempelajari masalah-masalah yang bersifat tashdiqi (assent), seperti proposisi (qadiyah), silogisme (qiyas), yang puncaknya dapat digunakan untuk membuat sebuah argumentasi rasional (hujjah aqliyah).

Wa Allah A'lam!!!

Sumber:
-Hasyiyah Al-Bajuri Ala Matni Sulam Munauraq (Al-Akhadari)
-Thabaqah Syafi’iyah (Tajuddin As-Subki)

0 Response to "Mabadi Asyarah (10): Ilmu Mantiq (Logika)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel