Logical Fallacy Sukmawati: Membandingkan Rasulullah SAW dan Ir. Soekarno
Latar Belakang
Baru-baru ini, masyarakat muslim Indonesia dihebohkan dengan pertanyaan yang dilontarkan Sukmawati Soekarnoputri pada tanggal 11 November saat menjadi narasumber di acara yang diadakan FGD dengan tema "Bangkitkan Nasionalisme, Bersama Kita Tangkal Radikalisme, dan Berantas Terorisme". Bagaimana tidak? Pertanyaan itu berisi pertanyaan yang mengecoh dengan cara membandingkan antara dua sosok makhluk yang jelas-jelas sangat jauh berbeda derajat kemuliaannya menurut kaca mata muslim. Kedua sosok tersebut adalah Nabi mulia Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW dengan bapak proklamator kemerdekaan Indonesia bung Karno.
Rumusan Masalah
Banyak variasi dan versi berita yang bertebaran di Internet mengenai hal tersebut, diantaranya:
1. Sukmawati membandingkan Al-Quran dan Pancasila;
2. Sukmawati menganggap Pancasila lebih baik dari Al-Quran;
3. Sukmawati membuat pertanyaan perbandingan tentang jasa Nabi Muhammad SAW vs jasa Bung Karno dalam kemerdekaan Indonesia pada abad 20;
4. Sukmawati bertanya: "Yang berjuang di abad 20 itu Nabi yang mulia Muhammad atau Ir. Soekarno untuk kemerdekaan?";
- dan lain-lain.
Namun, SantriJournal hanya akan membahas versi yang terakhir (Yang berjuang di abad 20 itu Nabi yang mulia Muhammad atau Ir. Soekarno untuk kemerdekaan?), mengingat hanya versi terakhirlah yang menurut kami dapat dipertanggung jawabkan kebenerannya.
Sukmawati sendiri mengklarifikasi bahwa pertanyaan tersebut ditujukan untuk mengecek pengetahuan generasi muda akan sejarah bangsanya.
Metodologi
Lantas apa yang akan SantriJournal bahas tentang masalah tersebut? Yang jelas kami tidak berfatwa apalagi nuduh kufur sana-sini, karena kami tidak memiliki kapasitas ataupun otoritas untuk berfatwa maupun takfir. Biarlah para Alim Ulama yang membahasnya dengan kacamata agama secara detail.
Adapun pada kesempatan kali ini, SantriJournal hanya akan membahas pertanyaan Sukmawati Soekarnoputri dengan kacamata Logika/Mantiq, walaupun sebenarnya admin bukan ahli Logika. Tulisan ini dibuat sebagai media bagi admin untuk belajar mengaplikasikan ilmu Logika yang dulu dipelajari di Pondok.
Sebelum membahas logical fallacy (kesalahan berfikir) ibu Sukmawati, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui tentang klasifikasi logika. Secara umum, logika ada dua macam, yaitu logika formal dan logika informal.
a. Logika Formal
Logika formal adalah logika yang argumennya menggunakan metode penalaran deduktif. Validasi argumen dalam logika formal ditentukan berdasarkan struktur silogisme (qiyas) dan konten premis (muqadimah). Oleh karena itu, logical Fallacy dalam logika formal ini, juga ditentukan berdasarkan struktur silogisme dan konten premis.
Logika formal sendiri sering dikenal dengan Logika Aristoteles (Aristotelian Logic) dan logika tradisional. Di Indonesia, logika jenis ini biasanya dipelajari secara mendalam oleh para santri di Pesantren tradisional (salafi). Sulam Munawraq dan Syamsiyah adalah dua kitab yang menjadi rujukan mayoritas Pesantren di Indonesia dalam mempelajari logika formal.
b. Logika informal
Logika informal adalah logika yang dalam argumennya menggunakan penalaran induktif. Validasi argumen dalam logika informal ditentukan hanya berdasarkan konten premis.
Dari dua jenis logika tersebut lahirlah dua jenis fallacy, yaitu formal fallacy (kesalahan struktur argumen) dan informal fallacy (kesalahan konten argumen). Formal fallacy hanya bisa diterapkan pada logika formal, sementara informal fallacy dapat diterapkan pada logika formal maupun logika informal.
Ada banyak macam informal fallacy, diantaranya: Circular Reasoning (Daur), Ad Hominem, Straw Man Fallacy, False dilemma Fallacy, Faulty comparison, Appeal to authority, False Analogy, Slippery Slope, dan lain-lain.
Kajian
SantriJournal menemukan (setidaknya) ada dua logical fallacy yang dilakukan bu Sukmawati, yaitu Faulty comparison dan False Dilemma.
1. Faulty Comparison
Faulty Comparison (perbandingan yang salah) adalah sebuah logical fallacy yang membandingkan dua perkara yang tidak ada kaitannya atau tidak selevel untuk membuat salah satu dari keduanya lebih/kurang menarik.
Contoh: membandingkan agama dengan sains yang sering dilakukan oleh para aktivis new atheist movement (seperti: Richard Dawkin, Sam Harris, Lawrence Krauss, dan sejenisnya). Dimana agama adalah sebuah jalan hidup dan kepercayaan akan eksistensi Tuhan, sementara sains adalah sebuah metodologi dalam menggali sebuah informasi menggunakan metode induktif (yang bersifat praduga, tidak pasti) dengan bukti empirik (kasar/dapat disensor panca indra) yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Saya kira tidak perlu saya jelaskan dimana letak kesalahan perbandingan yang dilakukan bu Sukmawati, karena memang sudah jelas. Jangankan bagi seorang muslim, bagi anda yang non muslim (yang tidak percaya kenabian Nabi Muhammad) pun sangatlah jelas. Bagaiman bisa anda membandingkan orang yang hidup pada abad 6-7 masehi dengan orang yang hidup pada abad 20 masehi.
2. False Dilemma
False Dilemma adalah sebuah logical fallacy yang membuat dua pilihan yang tidak seimbang, sementara pada faktanya ada pilihan lain selain kedua pilihan tersebut. False dilemma biasanya terjadi karena ketidaksengajaan, namun sering juga terjadi karena disengaja untuk mengecoh seseorang.
Contoh false dilemma fallacy: "Dia mendebat kepercayaan Trinitas Kristen, dia pasti seorang muslim." Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang tidak percaya akan konsep trinitas kristen pastilah seorang muslim. Sementara faktanya, bukan hanya muslim yang tidak percaya dengan konsep ketuhanan trinitas Kristen, ada Hindu, Atheis, dan penganut kepercayaan-kepercayaan lain.
Lantas, dimana letak false dilemma bu Sukmawati?
Dalam video klarifikasinya di KOMPASTV, bu Sukmawati menjelaskan alasannya mengajukan pertanyaan "Yang berjuang di abad 20 itu Nabi yang mulia Muhammad atau Ir. Soekarno untuk kemerdekaan?" adalah untuk mengetahui apakah generasi muda Indonesia mengetahui sejarah bangsanya di abad 20, jelas hal tersebut sangatlah konyol.
Bagaimana tidak? Masa seseorang dikatakan "tahu sejarah bangsanya" hanya dengan memilih siapa diantara Nabi Muhammad SAW dan Ir. Soekarno yang berjuang di abad 20 untuk kemerdekaan Indonesia. Bagaimana dengan non muslim yang tahu akan perjuangan Soekarno untuk Indonesia, namun tidak membandingkan antara Soekarno dan Nabi Muhammad karena tidak tahu siapa beliau SAW?
Bagaimana pula dengan seorang pakar sejarah Indonesia muslim yanh tahu akan perjuangan Bung Karno pada abad 20 untuk kemerdekaan Indonesia, namun meyakini bahwa Rasulullah ikut berjuang pada abad 20 untuk kemerdekaan Indonesia melalui ajarannya yang dianut oleh banyak pahlawan dan melalui mukjizat dan khashais yang Allah berikan kepada beliau SAW?
Apakah mereka semua "tidak tahu" atau "bodoh" akan sejarah bangsanya?
Kesimpulan
Dari paparan diatas sangatlah jelas kesalah an berfikir ibu Sukmawati yang ditinjau dengan ilmu logika (bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dunia).
Saya rasa wajar jika apa yang Sukmawati Soekarnoputri katakan membuat muslim biasa (bukan hanya ekstrimis) bereaksi.
Walaupun mungkin secara konstitusional apa yang dilakukan bu Sukmawati tidak melanggar hukum, namun ada baiknya bu Sukmawati meminta maaf. Mengingat apa yang beliau ucapkan saya rasa tidak pantas diucapkan seorang muslim. Sekarang kita ambil contoh, bagaimana jika ada yang berkata:
"Yang berjuang di abad 21 itu Pahlawan Proklamasi Soekarno atau Ir. Joko Widodo, untuk kemakmuran rakyat Indonesia?"
Kira-kira bagaimana perasaan kita sebagai seorang rakyat Indonesia yang memiliki rasa terima kasih akan jasa Bung Karno?
Jika beliau khilaf semoga beliau sadar dan mau mengakui kesalahannya. Karena kita semua sebagai manusia PASTI PERNAH BERBUAT SALAH. Hanya memang sifat sombong kita sering menjadi penghalang bagi kita untuk mengakui kesalahan sendiri dan memaafkan kesalahan orang lain.
Rasanya sangat tidak elok kalimat tersebut diucapkan oleh seorang public figure muslimah di sebuah acara dalam rangka memperingati pahlawan. Apalagi tanggal peringatan hari pahlawan (10 Nopember) lahir dari resolusi jihad yang dipelopori Hadratus Syaikh K. H. Asy'ari dan para kiai yang mana mereka adalah PENGIKUT BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW.
Jika beliau sengaja melakukannya, semoga kita semua dan beliau dapat hidayah.
Wa Allahu A'lam!!!
Referensi Utama:
- Ebook Logical Reasoning (1993) karya Bradley Harris Dowden.
- Video yang diunggah kanal YouTube detikcom pada tanggal 16 November 2019 yang berdurasi 03:58 menit dengan judul "Ini pidato Sukmawati bandingkan Nabi Muhammad dengan Soekarno".
- Video yang diunggah oleh kanal YouTube KOMPASTV pada tanggal 18 November 2019 yang berdurasi 10:05 menit dengan judul "Klarifikasi Sukmawati Soekarnoputri: Video itu Diedit Tangan-tangan Jahil".
Catatan:
SantriJournal sengaja mencantumkan referensi utama tentang berita terkait agar pembaca bisa menilai sendiri akurasi sumber berita yang menjadi rujukan kami. Karena minimnya sumber yang menjadi rujukan kami, maka kami berharap pembaca berkenan untuk mengkoreksi kami jika ada distorasi konteks yang kami muat dalam artikel ini. Sementara untuk distorasi teks, kami tidak bisa menghindarinya. Hal tersebut untuk mempersingkat tulisan di artikel ini.
0 Response to "Logical Fallacy Sukmawati: Membandingkan Rasulullah SAW dan Ir. Soekarno"
Post a Comment